

Ciri Khas Batik Semarang
Batik adalah satu dari sekian warisan budaya Indonesia yang tersebar di berbagai wilayah, termasuk di Semarang, Jawa Tengah. Batik Semarang pun memiliki kekhasannya sendiri mulai dari sejarah hingga motifnya.
Dikutip dari laman resmi Kementerian Perindustrian Republik Indonesia, batik adalah hasil karya bangsa Indonesia yang merupakan perpaduan antara seni dan teknologi oleh leluhur bangsa Indonesia. Batik Indonesia dapat berkembang hingga sampai pada suatu tingkatan yang tak ada bandingannya baik dalam desain atau motif maupun prosesnya.
Sementara itu, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, motif adalah corak atau pola. Lebih jelasnya, motif adalah suatu corak yang dibentuk sedemikian rupa sehingga menghasilkan suatu bentuk yang beraneka ragam. Motif batik juga menggambarkan bentuk budaya daerah batik itu berasal.
Dikutip dari laman resmi Universitas Diponegoro dan dari jurnal berjudul ‘Mengungkap Sejarah dan Motif Batik Semarang serta Pengaruh Terhadap Masyarakat Kampung Batik Tahun 1970-1998’ karya Susi Afreliyanti dari Jurusan Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang, berikut ini informasi mengenai sejarah dan motif batik khas Semarang.
Sejarah Batik Khas Semarang
Keberadaan Kampung Batik di Kawasan Bubakan atau Jurnatan merupakan indikasi bahwa kerajinan batik sudah tumbuh dan berkembang di Semarang sejak wilayah ini menjadi sebuah kota. Bubakan merupakan pusat pemerintahan Semarang kuno, di sana terdapat Kampung Batik di mana kampung tersebut menjadi tempat para perajin batik tinggal dan berkegiatan.
Kemudian, Kawasan Jurnatan diduga menjadi tempat Ki Pandan Arang I menjabat sebagai juru nata (pejabat kerajaan) di bawah kekuasaan Kerajaan Demak. Kedudukan Kampung Batik menjadi bagian tak terpisahkan dari pusat kekuasaan, yaitu sebagai penyedia kebutuhan bahan sandang bagi para penguasa, pegawai pemerintah, serta masyarakat kota.
Pada abad 19 diketahui ada dua wanita Indo-Eropa yang masuk dalam industri batik di Semarang. Nyonya Oosterom & Nyonya Von Franquemont telah membuat batik dengan 59 motif, antara lain tokoh-tokoh wayang, naga, Dewi Shih Wang Mu dan pohon persik, dan garuda. Ada juga sarung dengan motif isen-isen ikan.
Masa kejayaan batik Semarang terjadi awal abad ke-20, yang dapat dilihat dari banyaknya penduduk pribumi yang mengandalkan mata pencaharian mereka di sektor industri kerajinan batik. Hal itu tercatat dalam laporan pemerintah kolonial Belanda tentang keberadaan industri di berbagai Karesidenan di Jawa. Pada rentang tahun 1919-1925, jumlah usaha dalam sektor kerajinan batik di Semarang berkembang dalam jumlah unit usaha dan tenaga kerjanya.
Dalam Catatan Koloniaal Verslag pada tahun 1919 di Semarang ada 25 industri batik dengan 58 tenaga terampil dan 176 pekerja kasar, sementara di tahun 1925 jumlah industrinya ada 107 perusahaan dengan 491 tenaga terampil dan 317 tenaga kasar.
Perkembangan itu terkait dengan Perang Dunia I yang membuat impor tekstil dari India, Belanda, dan Inggris terhenti. Kebutuhan sandang harus dipenuhi produk lokal, dan batik menjadi pilihannya. Namun, masuknya Jepang pada tahun 1943 merusak semuanya, Kampung Batik menjadi salah satu sasaran pembakaran.
Saat itu masih terdapat perusahaan batik yang bertahan, dan berkembang sampai tahun 1970-an seperti “ASACO” dan Tan Kong Tien Batikkerij milik pengusaha Tionghoa Tan Kong Tien yang menikah dengan salah satu keturunan Hamengku Buwono III, Raden Ayu Dinartiningsih. Dia memperoleh keahlian membatik dari istrinya yang masih kerabat keraton Jogja.
Motif Batik Semarang
Batik Semarang memang tidak memiliki motif yang baku. Namun, produknya bisa dikenali dari pemakaian motif yang naturalis dan realistis seperti burung merak yang melambangkan keindahan dan perlindungan keluarga, bangau yang menjadi simbol panen dan kemakmuran, ayam jago sebagai simbol kejantanan, dan kupu-kupu yang melambangkan keindahan, kesuburan, dan harapan mencapai kedudukan yang tinggi.
Motif lainnya adalah ikan sebagai simbol kemaritiman, daun asam yang diyakini sebagai awal penamaan Semarang, pohon bambu sebagai simbol kemudahan hidup, bukit sebagai simbol kekotaan Semarang, dan laut simbol kemaritiman.
Ciri-ciri lain dari batik semarang adalah pemakaian warna yang cerah. Kultur pesisir yang terus terang dimanifestasikan dalam pilihan warna terang seperti merah, oranye, ungu, dan biru.
Berikut beberapa motif batik Semarang yang terkenal lengkap dengan informasi sejarahnya.
8 Motif Batik dan Filosofinya, Mulai Kawung-Truntum
Motif Batik Warak Ngendong
Batik motif batik warak ngendong merupakan batik Kreasi Neni Asmarayani pada tahun 1970, batik tersebut bernuansa Semarang, terciptanya batik tersebut atas dasar kesukaan. Dalam pembuatan desain tersebut melibatkan para pelukis dan seniman yang terkenal di kala itu. Penulis Saroni Asikin mengungkapkan motif yang dibuat oleh Neni Asmarayani belum diketahui makna dari motif tersebut, dikarenakan Neni Asmarayani belum diketahui keberadaannya.
Motif Batik Franquemont
Motif batik franquemont merupakan batik kreasi Carolina Josephina von Franquemont yang aktif berproduksi pada dekade 1850-1860. Dirinya pernah membuat sarung berkualitas bagus. Batik ini memiliki warna yang beragam dengan warna hijau sebagai kekhasan dan memiliki pola bermotif Eropa, Cina dan pesisir utara khususnya Madura dan pola dari keraton. Franquemont juga mengambil figur-figur dan atribut dari berbagai dongeng Eropa yang ditampilkan berulang pada badan kain batik.
Motif Batik Oosterom
Motif batik oosterom adalah batik kreasi Van Ossterom. Pada abad ke-19 Van Ossterom membuat batik dengan pola yang lumayan rumit pada bagian papan dan kepalanya. Batik Oosterom memiliki pola rumit yang bermotif pola sirkus yang dilengkapi dedaunan dan burung mirip phoenix. Kekhasan dari batik ini adalah warnanya yang hijau. Pola yang dikembangkan adalah pola keraton, mengadaptasi figur dan atribut berbagai dongeng eropa.
Motif Batik Merak Jeprak
Motif batik merak jeprak merupakan batik kreasi Tan Kong Tien seorang lelaki peranakan Tionghoa yang memulai usaha batik pada abad 20. Motif batik ini menggambarkan seekor burung merak yang sedang mengembangkan secara penuh untuk menunjukkan keindahannya. Pola ini terinspirasi dari perilaku burung merak ketika memasuki masa birahi untuk menarik pasangannya. Motif ini menyimbolkan keagungan, keindahan, dan semangat menggapai tujuan.
Motif Batik Tugu Muda
Motif batik tugu muda merupakan batik kreasi Oentoeng Suwardi dan Istrinya Tamsiyati, pemilik perusahaan batik Sri Retno tahun 1973 hingga 1982. Motif batik ini menggambarkan Tugu Muda dikelilingi sulur atau tanaman menjalar. Pola ini terinspirasi Tugu Muda sebagai monumen Pertempuran Lima Hari di Semarang untuk menghormati jasa pahlawan. Tugu Muda terletak di Jalan Pemuda, Jalan Pandanaran Semarang.
Demikian informasi mengenai sejarah dan motif-motif dari batik khas Semarang. Semoga bermanfaat, ya Lur!
Artikel iniditulis oleh Agustin Tri Wardani.